Metode Tanam Padi Arrangement of Rice Intensification SRI Admin distan 19 Oktober 2018 41834 kali Usaha tani padi dengansistem SRI Organisation of Rice Intensificationmerupakan usahatani yang dapat menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan air, pupuk kimia dan pestisida kimia melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal. Terdapat beberapa daerah di Indonesia yang telah menerapkan sistem usahatani SRI. Khususnya di daerah Jawa Barat salah satunya adalah Kabupaten Cianjur. Pengembangan pertanian organik khususnya padi yang dikembangkan pula di berbagai daerah kecamatan. SRI pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1980 olehFrench priest dan Fr. Henri de Laulanie, di Republic of madagascar. SRI mulai dikenal oleh beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia pada tahun 1997 yang diperkenalkan oleh seorang yang ahli yaitu Norman Uphoff Direktur dari Cornell International Found for Nutrient, Agronomical and Development dan pada tahun 1999 dilakukan percobaan SRI untuk pertama kalinya di luar Commonwealth of madagascar. Pada dasarnya teknologi SRI memperlakukan tanaman padi tidak seperti tanaman air yang membutuhkan air yang cukup banyak, karena jika penggenangan air yang cukup banyak maka akan berdampak tidak baik yaitu akan hancurnya bahkan matinya jaringan kompleks cortex, xylem danphloem pada akar tanaman padi, hal ini akan berpengaruh kepada aktivitas akar dalam mengambil nutrisi di dalam tanah lebih sedikit, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terhambat dan mengakibatkan kemampuan kapasitas produksi akan lebih rendah. Akibat yang ditimbulkan dari penggenangan air tersebut maka budidaya padi SRI dapat diartikan sebagai upaya budidaya tanaman padi yang memperhatikan semua komponen yang ada di ekosistem baik itu tanah, tanaman, mikro organisme, makro organisme, udara, sinar matahari dan air sehingga memberikan produktivitas yang tinggi serta menghindari berbagai pengaruh negatif bagi kehidupan komponen tersebut dan memperkuat dukungan untuk terjadinya aliran energi dan siklus nutrisi secara ini kami sampaikan juga panduan elektronik mengenai Budidaya Tanam Padi menggunakan Sistem SRI. Prinsip-prinsip Dasar Penerapan Metode SRI Aspek Kesehatan Tanah Menjaga kestabilan dan kesehatan tanah baik itu menjaga sifat-sifat tanah dan produktivitas dari tanah itu sendiri dapat dilakukan dengan menambahkan bahan organik, bahan organik tersebut selain jerami membutuhkan sebanyak 5-7 ton/ha. Bahan organik ini dapat berupa sampah dari sisa-sisa tanaman, limbah dapur, kotoran hewan, hijauan, kompos, limbah organik dan bahan lainnya yang bisa terdekomposisi. Bahan-bahan organik dapat dibuat sendiri oleh petani dengan cara mengumpulkan bahan organik tersebut, dikarenakan jumlah yang dibutuhkan banyak maka petani dapat mengumpulkannya dengan cara sedikit demi sedikit atau di cicil agar masalah persedian bahan organik dapat dipecahkan, selain membuat lingkungan menjadi bersih, ketergantungan terhadap pihak luar dapat dikurangi. Fungsi dan peranan bahan organik selain memperbaiki sifat fisik tanah yaitu mampu mengikat air, mempertahankan air di dalam tanah, memperlancar aerasi tanah, memudahkan air meresap dari permukaan tanah, tanah dapat menyerap mineral yang ada di dalam tanah serta mendukung kehidupan mikro dan makro organisme di dalam tanah, dengan adanya bahan organik maka aliran energi atau siklus nutrisi lebih lancar sehingga nutrisi bagi tanaman akan selalu tersedia. Bahan organik tersebut diberikan pada pengolahan tanah dan dikondisikan aliran air, maka biarkan tanah dalam kondisi lembab tidak tergenang selama 7-10 hari sambil menunggu persemaian siap ditanam. Aspek Pemilihan Benih Benih yang digunakan untuk penanaman padi dengan sistem SRI dapat menggunakan benih jenis dan varietas apa pun, dengan syarat benih yang akan di semaikan diharapkan dapat tumbuh semuanya, selain dinantikan selama empat bulan bisa menghasilkan dan juga mengurangi resiko penyulaman jika benih tersebut tidak dapat tumbuh. Oleh karena itu benih yang akan dipilih harus merupakan benih padi unggul dan bersertifikat yang sudah terjamin mutu dan kualitasnya karena telah melalui serangkaian proses pemeriksaan dan pengujian dari pihak terkait yang berwenang. Pengujian secara sederhana yang dapat dilakukan oleh petani juga dapat dilakukan dengan memasukan benih padi ke dalam larutan garam, maka benih yang terapung ialah benih yang hampa sedangkan benih yang digunakan untuk persemaian ialah benih yang tenggelam. Cara tersebut merupakan cara yang mudah dan dapat dilakukan oleh petani. Aspek Kebutuhan Benih dan Menyemai Benih Benih yang dibutuhkan dengan sistem SRI ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan konvensional, benih yang diperlukan dengan SRI sebanyak v-7 kg/ha sedangkan konvensional memerlukan benih sebanyak 30-40 kg/ha. Benih padi pada media tanah yang gembur, baik tekstur dan strukturnya agar proses perakaran lebih kondusif. Persemaian dilakukan dengan cara menanam benih padi pada media tanah yang dicampur dengan kompos dengan komposisi masing-masing 1i, benih sebelum disemai dapat direndam terlebih dahulu selama semalam untuk merangsangkecambah atau dapat langsung di sebar pada media semai, pemeliharaan persemaian dilakukan dengan menyiram agar tetap lembab, benih yang ditanam berumur tujuh hari atau di bawah 12 hari, dihitung tumbuh dari kecambah. Benih muda yang ditanam diharapkan dapat tumbuh tunas lebih awal dan akan tumbuh banyak tunas primer sebagai tunas yang produktif, selain itu pembentukannya akan lebih cepat. Model Tanam SRI Benih padi ditanam pada petakan yang di sekelilingnya dibuat parit atau saluran air dengan jarak tanam minimal 27 10 27 cm atau 30 ten 30 cm dan 35 10 35 cm, diharapkan kedalaman tanah lapisan olah berkisar antara 25 hingga thirty cm, hal ini dilakukan agar perakaran lebih baik dan pergerakannya dapat maksimal dalam pengambilan nutrisi sedangkan jarak tanam yang lebar dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada tanaman terutama pada pembentukan anakan, pertumbuhan akar dan jalannya sinar matahari yang masuk kedalamnya. Benih padi yang ditanam jumlahnya satu atau satu tunas, hal ini dilakukan dengan alasan agar tumbuh anakan lebih banyak dan tumbuh kuat serta besar, Hal tersebut dapat menjaga kondisi tanah terhindar dari asam pH rendah karena tunas yang banyak, sehingga akar pun mendominasi di dalam tanah. Dengan demikian penyerapan nutrisi dari tanah yang mengeluarkan H+ merespon tanah menjadi asam. Benih tunas dari persemaian di cabut dan langsung di tanam, waktu yang dibutuhkan dari cabut sampai tanam haruslah tidak lebih dari 15 menit. Hal ini dilakukan untuk menjaga aktivitas proses membangun energi dan penumbuhan nutrisi di dalam tanaman agar tidak terhenti, bulir dalam benih tetap dipertahankan dan kondisi akar pada posisi horizontal sehingga membentuk huruf Fifty. Dengan demikian, diharapkan akar tanaman langsung tumbuh dan nutrisi pada bulir tetap efektif yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman tersebut. Benih ditanam dangkal antara 0,v–1 cm hingga bagian bulir terbenam, hindari kondisi air yang menggenang cukup basah atau lembab. Hal ini dikarenakan ketika tanaman ditanam dangkal, jika air terlalu banyak hingga menggenang maka akan timbul resiko kematian atau busuk akar, jika ditanam terlalu dalam akan terjadi pembusukan akar di ruas pertama. Pembentukan ruas atau buku pada tanaman muda yang ditanam akan menentukan jumlah anakan dan produktivitas tanaman. Pemeliharaan pada Tanaman Fase Vegetatif Pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman padi ketika memasuki fase vegetatif diarahkan kepada penyulaman yang dilakukan ketika ada gangguan serangan hama seperti belalang, penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur tujuh sampai ten hari, penyiangan dilakukan dengan tujuan menghilangkan rumput gulma sekaligus memberikan dukungan pada kondisi pertukaran dan perputaran udara agar tetap lancar, penyiangan berikutnya dilakukan maksimal setiap x kali sehari atau tergantung pada kondisi lahan di lapangan yang minimal sebanyak empat kali penyiangan. Penambahan cairan MOL Mikro Organisme Lokal diarahkan untuk memperbaiki kondisi tanaman maupun tanah, hal ini dimaksudkan untuk menambah unsur yang dibutuhkan tanaman pada saat nutrisi pada tanah sangat terbatas, pemberian MOL dilakukan pada tanaman setelah berumur tujuh sampai x hari, berikutnya dilakukan selang 10 hari sekali hingga empat sampai enam kali aplikasi. Kondisi air tetap dalam keadaan basah tidak menggenang, kecuali pada saat mau menyiangi sebelumnya digenangi terlebih dahulu, tujuannya untuk memudahkan penyiangan karena tanah lebih berstruktur. Pemeliharaan pada Tanaman Vase Generatif Tanaman menjelang umur generatif yaitu pada anakan maksimal umur 45-50 hari kondisi air dikeringkan, sehingga bagian tanah kering atau bahkan sampai kelihatan sedikit retak selama ten hari. Hal dimaksudkan untuk menjaga tunas atau anakan tidak terus menerus tumbuh, menghindari tumbuhnya tunas yang tidak produktif, menjaga tanaman agar tidak tumbuh terlalu tinggi yang berdampak pada habisnya nutrisi sehingga memperlambat pertumbuhan bulir serta menjaga dan mempertahankan agar tunas yang tumbuh mempunyai kemampuan untuk tumbuh malai dan bulir seluruhnya. Setelah 10 hari dikeringkan, tanah diberi air kembali sehingga tanah dalam kondisi yang lembab atau basah, hal ini nutrisi akan masuk ke dalam tanaman melalui akar yang dibantu oleh air. Melalui proses fotosintesis dan metabolisme maka tanaman akan lebih cepat merespon semua nutrisi. Pemberian MOL pada fase ini sangat menentukan, sehingga pengaplikasian MOL dilakukan kembali. Kondisi air seminggu sebelum panen, ketika terlihat bulir mulai bernas dan kuning dikeringkan guna menjaga agar tidak tumbuh tunas tersier yang akan mengganggu pemasakan bulir. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi Hama/Penyakit Pengendalian organisme pengganggu tanaman padi adalah upaya mengendalikan berbagai unsur-unsur ekosistem padi sawah, hal ini dilakukan lingkungan secara alami yang akan memberi dukungan terhadap tumbuhnya tanaman dan keberadaan keanekaragaman hayati lainya, sehingga diharapkan kehidupan serangga tidak berubah condition menjadi hama. Pengendalian organisme yang merusak dan merugikan lainnya dilakukan dengan cara pengendalian hama terpadu yang lebih mengutamakan secara biologis dan menghindari praktek-praktek pengendalian yang akan merusak agroekosistem. Pengendalian OPT ini dapat diaplikasikan melalui pemggunaan pestisida nabati yang terbuat dari bahan-bahan alami. Manfaat Metode Tanam SRI Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut Hemat air tidak digenang, Kebutuhan air hanya twenty-xxx persen dari kebutuhan air untuk cara konvensional. memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah. Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka. membuka lapangan kerja di pedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani. menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia. mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang. Putu Suwardiyasa/PP Muda
Tanamanpadi dapat hidup dengan baik di daerah yang panas dan mengandung banyak air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi lebih dari 4 bulan jumlah curah hujan yang diinginkan per tahun adalah sekitar 1500 hingga 2000 mm. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 ° C. Tempat tinggi untuk
Daftar Isi1 Budidaya Padi Sawah Oryza Serta Panduan Teknis Intensifikasi Budidaya Tanaman Padi Kesesuaian Lahan Persiapan Pengolahan Penanaman Padi Pemeliharaan Panen Dan Pasca Pasca Share thisBudidaya Padi Sawah Oryza Serta Panduan Teknis Intensifikasi Lahan – Padi Sawah merupakan jenis habitat bercocok tanam padi di lahan basah dengan tanah berlumpur dan tergenang. Tanaman padi dalam tipe budidaya cukup dikenal dengan dua jenis yaitu Padi Lahan Basah meliputi;padi sawah,padi pasang surut,padi lebak dan padi tadah hujan,sedangkan untuk jenis padi lahan kering meliputi;padi gogo dan padi padi merupakan jenis Tanaman Pangan penghasil beras sebagai makanan pokok orang Indonesia. Padi tergolong jenis tanaman pangan berupa rumput-rumputan sebagai tanaman terpenting ke-5 lima setelah jagung,sejarah mencatat bahwa padi masuk sebagai tanaman kuno yang sudah ada 100-800 SM di Hastinapura Uttar Pradesh,India. Budidaya Tanaman Padi SawahAdapun budidaya tanaman padi sawah yang diantaranya yaituKesesuaian Lahan TumbuhDalam pertumbuhannya padi sawah membutuhkan kesesuaian lahan untuk tumbuh dengan baik di iklim Tropis dan Subtropis dengan Intensitas rata-rata curah hujan 1500-2000 mm/tahun dengan ketinggian optimal mencapai 0-1500 m dpl dan temperatur optimal mencapai 22-27 ° pertumbuhannya tanaman Padi Sawah Tumbuh Optimal di tanah berlempung dan juga membutuhkan sinar matahari yang cukup yang dipergunakan dalam proses penyerbukan dan pembuahan dan dengan tanpa adanya naungan. Memiliki ketebalan tanah 18-22 cm dengan ketersediaan jumlah air cukup banyak, hindari tanah berbatu dan kesesuaian derajat keasaman tanah mulai 4,0-7, BenihPemilihan benih unggul dan berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pembudidayaan tanaman padi. Ada berbagai macam jenis varietas padi unggul dan mampu beradaptasi di lingkungan untuk untuk baik dengan hasil tinggi dan kualitas baik. Terdapat berbagai Varietas Benih Unggul Padi yang dapat dipilih dengan kondisi wilayah, produktivitas tinggi antara lain varietas Mekongga, Mira 1, Batang Gadis, Ciherang, Cigeulis, Ciliwung, Cibogo dan Persiapan Benih dimulai dengan melakukan penyemaian benih padi dengan cara memasukkan benih ke dalam karung goni,dilanjutkan perendaman ± 1 malam,cara bertujuan mendapatkan benih padi tumbuh dengan lahan persemaian ± 50 hari sebelum benih padi disemai dengan luasan 1/20 dari luasan lahan tanam. Jadi kalau sahabat memiliki lahan padi bercocok tanam 400 M² untuk luasan persemaian 20 M². Lahan persemaian dibajak dan digaru untuk dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 persemaian benih terlebih dahulu ditaburi pupuk urea dan SP-36 yang masing-masing 10 gr/m². Benih disemai dengan kerapatan 75 gr/ m² dan lama waktu persemaian benih padi terhenti apabila, benih padi mencapai ketinggian 5 cm dan siap untuk dipindahkan untuk ditanam ketika memasuki umur 21-25Pengolahan LahanTahapan pengolahan lahan dapat dimulai dengan cara membersihkan saluran air,sisa-sisa jerami dan rumput liar di lokasi tanam. Lakukan perbaikan sejumlah pematang dengan cangkul dan dilanjutkan dengan kegiatan pembajakan pertama di awal musim dan dibiarkan 2-3 hari, kemudian diikuti bajakan kedua 2 disusul oleh pembajakan ketiga 3 3-5 hari saat menjelang permukaan tanah sawah dengan cara menghancurkan gumpalan tanah dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam petak sawah yang dimulai dengan cukup membersihkan lahan dari gulma dan memperbaiki pematang dan saluran air drainase. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pembajakan tanah sebanyak dua kali pada kedalaman 25-30 cm dengan cara membalikan komposisi Padi SawahTahapan penanaman dapat dimulai dengan mencabut bibit padi yang telah memasuki umur tanam 21-25 hari dan ditanam pada lahan sawah dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada jenis varietas padi yang akan ditanam, tingkat kesuburan tanah dan waktu musim penanaman. Penanaman dilakukan dengan cara terlebih dahulu mencabut bibit dan ditanam sebanyak lebih kurang 5 batang bahkan lebih Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar untuk lahan padi dengan tanah yang subur jarak tanam dibuat lebih TanamanPenyiangan. Dilakukan dengan cara mencabut rumput yang dua kali saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan cangkul kecil. Kegiatan Pembumbunan dilakukan umumnya bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul Dalam penggunaan air di sawah ada beberapa hal perlu yang diketahui antara lain; Jumlah Air haruslah dapat menggenangi sawah dengan merata dan setelah dilakukan tanam, sawah harus dikeringkan 2-3 hari sedikit demi Tahapan Pemupukan dengan memberikan pupuk jenis anorganik jenis Urea,SP-36 dan Kcl yang masing-masing berjumlah 300 -175 – 50 kg/hektar, pada saat umur tanaman memasuki 3-4 minggu dan 6-8 minggu setelah tanam dengan cara Penyemprotan. Tahapan berikut dilakukan jika intensitas serangan hama dan penyakit telah melewati batas ambang ekonomis,apabila tidak kendalikan akan berakibat pada kerugian hasil pane,kegiatan penyemprotan pestisida dilakukan saat tanaman memasuki umur tanam 1-2 Dan Pasca PanenPanen padi siap dilakukan ketika bulir padi hampir keseluruhan telah menguning atau 33-36 hari setelah padi berbunga. Cara panen dapat dilakukan secara manual dengan mengunakan sabit dengan cara memotong pangkal batang atau mengunakan mesin reaper harvester yang hanya dilakukan dalam 6 jam/ PanenMerupakan tahapan dalam menentukan Kualitas Padi yang akan akan dijadikan beras siap konsumsi. Tahapan panen padi dilakukan dimulai dengan kegiatan perontokan bisa dilakukan dengan cara cukup di injak-injak,dihempas atau mengunakan mesin perontok untuk lebih mengefisienkan waktu dan tenaga berikutnya dengan melakukan kegiatan pembersihan gabah dengan cukup diayak atau dengan mesin blower manual. Kemudian lakukan penjemuran gabah selama 3-4 hari selama 3-4 jam/hari sampai gabah mencapai kadar air 14 %,kegiatan penjemuran dapat dilakukan lantai semen atau terpal atau bisa juga mengunakan mesin pengering. Tahapan akhir adalah penyimpanan sejumlah gabah dan simpan ditempat yang kering dan beralas untuk kemudian dijadikan beras dengan mengunakan mesin huller dan siap untuk dengan adanya ulasan tersebut mengenai Budidaya Padi Sawah Oryza Serta Panduan Teknis Intensifikasi Lahan dapat berguna dan bermanfaat bagi kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya,, sampai jumpa dipostingan berikutnya. Baca JugaBudidaya Padi Gogo Oryza sativa Dan Panduan Teknis Lengkap Untuk PemulaBudidaya Padi Sistem Jajar Legowo 21 Tingkatkan Produktifitas Gabah 7-8 Ton/haPanduan Teknis Budidaya Padi Tanpa Olah Tanah TOT Di Lahan PersawahanJajar Legowo 41 Cara Efektif Menghemat Pengunaan Pupuk Tanaman Padi
Usahatani padi dengan sistem SRI (System of Rice Intensification) merupakan usahatani yang dapat menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan air, pupuk kimia dan pestisida kimia melalui pemberdayaan petani dan kearifan lokal. Terdapat beberapa daerah di Indonesia yang telah menerapkan sistem usahatani SRI.
Lahan basah adalah lahan subur yang perlu dipertimbangkan untuk media tanam tanaman pertanian atau tanaman perkebunan. Tingkat kesuburan tanah merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan tanaman. Adanya lahan basah cukup menarik perhatian, karena jenis lahan ini cocok digunakan untuk berbagai macam area, baik untuk area sawah, perkebunan, tambak dan lain sebagainya. Namun, seringkali banyak pemahaman yang kurang mengenai lahan basah, termasuk bagaimana cara untuk memperoleh serta mengelolanya. Meski meliputi sebagian kecil dari permukaan bumi, lahan basah menjadi sistem yang penting bagi alam. Bagi kehidupan, lahan basah berfungsi sebagai sumber dan pemurnia air, pelindung pantai serta penyimpan karbon. Pengertian Lahan BasahLahan Basah Menurut Para AhliKarakteristikJenis Lahan BasahFlora dan Fauna1. Jenis Flora2. Jenis FaunaManfaat Lahan BasahPengelolaan dan PemanfaatanLahan Basah di DuniaLahan Basah Musnah 3 Kali Lebih CepatUpaya KonservasiPotensi & Contoh Lahan Basah di Indonesia Lahan basah memiliki beberapa pengertian. Dikutip dari Wikipedia, lahan basah adalah wilayah yang memiliki tanah jenuh dengan air, baik bersifat permanen maupun bersifat musiman. Sehingga umumnya wilayah lahan ini akan tergenang oleh lapisan air yang dangkal. Sementara itu, terdapat pengertian lain dari lahan basah yaitu lahan yang masuk pada kategori daratan yang tergenang air atau memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Secara sederhana pengertian lahan basah adalah tempat bertemunya air dengan tanah, seperti kawasan bakau, lahan gambut, rawa-rawa, sungai, danau, delta, daerah dataran banjir, serta persawahan. Lahan Basah Menurut Para Ahli Berbagai pengertian mengenai lahan basah juga dikemukakan oleh para ahli, antara lain Menurut Maltby 1986, lahan basah adalah salah satu istilah ekosistem yang terbentuk oleh dominasi air dan ciri serta prosesnya dikendalikan oleh air. Maltby juga menambahkan bahwa wetland merupakan tempat yang cukup basah dalam jangka waktu panjang untuk perkembangan vegetasi serta organisme yang harus beradaptasi secara khusus. Menurutnya, lahan basah diartikan berdasarkan parameter, antara lain vegetasi hidrofitik, hidrologi, serta tanah hidrik. Menurut Konvensi Ramsar 1971, lahan basah berarti sebagai wilayah lahan gambut, rawa, dan air yang terbentuk secara alami atau buata dan memiliki sifat sementara atau permanan, tidak mengalir diam atau mengalir dengan sifat payau, asin atau tawar, serta mencakup wilayah air marin yang ketika surut tidak lebih dari enam meter. Konvensi Ramsar membagi lahan berair berdasarkan ciri fisik dan biologi menjadi 9 kategori buatan dan 30 kategori alami. Lahan tersebut merupakan kawasan penting untuk menyimpan air, pengendalian kualitas air, serta habitat flora dan fauna. Karakteristik Lahan basak merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi yang mempunyai karakteristik berbeda disetiap lokasi dan kondisi. Beberapa faktor yang menentukan karakteristik tersebut adalah salinitas, jenis tumbuhan, hingga jenis tanah yang ada di lingkungan tersebut. Karakteristik lahan basah yang utama adalah kondisi tanahnya yang jenuh terhadap air. Hal tersebut juga dapat dilihat dari penamaan atau istilah yang digunakan. Sepanjang tahun lahan basah selalu tergenang air, akan tetapi ada pula yang bersifat musiman dan permanen. Lahan basah musiman adalah genangan air pada lahan tersebut hanya terjadi pada musim tertentu saja, yakni musim penghujan. Sedangkan lahan basah permanan memiliki keadaan genangan air sepanjang waktu. Sebagian besar kawasan genangan memiliki kedalaman dangkal. Genangan dangkal tersebut biasanya mengeliling seluruh atau sebagian permukaan lahan. Namun dibeberapa tempat juga ditemukan karakteristik dengan genangan yang cukup dalam. Genangan air di lahan basah merupakan area dengan kesuburan tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk area persawahan. Genangan air yang terjadi secara periodik menyebabkan kawasan ini mempunyai jenis tanah dengan struktur lunah hingga liat. Jenis Lahan Basah Kategori lahan dapat disebut sebagai lahan basah ditentukan oleh bermacam-macam ciri. Berikut adalah ciri-cirinya, yaitu Kawasan RawaRawa adalah daerah yang hampir selalu tergenang air sepanjang tahun. Ketinggian air di daerah ini dapat bervariasi, mulai dari sangat dangkal hingga cukup dalam. Umumnya rawa-rawa tergenang air sebagai dampak dari sistem drainase yang mengalami hambatan. Termasuk di dalamnya yaitu area rawa gambut yang banyak dijumpai di sekitar pulau jawa, terutama di daerah sekitar pantai. Kawasan PayauLahan payau merupakan lahan yang luas seperti lapangan dan tergenang air sepanjang waktu. Banyak orang yang menyebut area ini sebagai rawa dangkal karena genangan airnya tidak begitu dalam dan dapat dilalui. Umumnya genangan air di area ini meliputi air tawar, payau maupun air asin. Kawasan GambutLahan gambut adalah lahan tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa tumbuhan dengan kondisi setengah membusuk. Lahan ini memiliki kandungan organik yang cukup tinggi, sehingga karakter tanahnya subur dan cocok untuk perkebunan. Kawasan RiparianRiparian adalah kawasan peralihan antara daratan dengan sungai. Wilayah ini masuk kedalam wilayah dengan karakteristik yang khas karena berupa paduan antara daratan dan perairan. Wialayah riparian mempunyai posisi penting dalam ekologi, pengelolaan lingkungan dan rekayasa sipil. Lahan BuatanLahan basah buatan adalah wilayah hasil rancangan manusia yang tersusun atas air, tanaman, dan hewan. Kawasan ini mirip dengan rawa alami yang dapat dimanfaatkan manusia. Umumnya dirancang untuk pemurnian air tercemar dengan mengoptimalkan proses, biologi, fisika dan kimia yang saling terintegrasi. Lahan MineralLahan basah mineral terdiri dari Marsh, yaitu suatu ekosistem yang mempunyai kandungan mineral kurang baik dan sebagian besar ditumbuhi rerumputan. Ekosistem ini biasanya ditemukan di pinggiran sungai, terutama di wilayah yang mengalami pembentukan delta. Tumbuhan di kawasan ini dapat menurunkan laju air dan meningkatkan nutrisi akibat sedimentasi sehingga terbentuklah Marsh. Jenis lainnya adalah Swamp rawa, yakni jenis lahan dengan drainasi buruk dan minim kandungan mineral dalam tanah. Kawasan ini didomiansi oleh semak dan tumbuhan kayu. Lahan rawa dapat ditemukan diseluruh dunia pada daerah dataran rendah sekitar sungai. Rawa dapat terbentuk dari Marsh yang mengisi bagian cekung kawasan. Lahan OrganikLahan basah organik tersusun atas Bog, yaitu ekosistem dengan karakteristik drainase yang buruk, basah dan sebagian besar tersusun dari tumbuhan bunga dan lumut. Kandungan air wilayah ini cukup asam dan berasal dari air hujan. Jenis lainnya adalah Fen, yaitu ekosistem kawasan basah yang cirinya didominasi oleh rumput dan alang-alang dengan tekstur tanah lunak. Airnya memiliki tingkat pH basa yang berasal dari aliran air diatas tanah. Flora dan Fauna Wetland merupakan kawasan genangan air yang berperan penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup yang hidup didalamnya. Lahan basah ini memiliki tingkat ekanekaragaman yang tinggi, meliputi berbagai satwa dan tumbuhan yang ada. 1. Jenis Flora Pada bagian atasnya ditumbuhi berbagai jenis vegetasi, seperti Kayu Galam Melaleuca cajuputi. Sebaran pohon ini cukup luas, yakni di kawasan Asia Tenggara, Papua, dan Australia, meliputi Thailand, Myanmar, Malaysia, Indonesia, Papua Nugini dan Australia. Pohon Galam umumnya tumbuh di daerah rawa serta memiliki daya tahan terhadap keasaman yang tinggi. Kemudian pada daerah payau umumnya ditumbuhi vegetasi seperti gelagah, mending, wlingi, serta jenis terna meliputi bakung, teratai dan sebagainya. Di kawasan ini jarang ditumbuhi tanaman berkayu. Di kawasan gambut biasanya menjadi habitat jamur, paku-pakuan, pohon sagu, sassafras sampai jenis gingseng. Lahan gambut juga menjadi lokasi tumbuh buah-buahan. Wilayah gambut merupakan kawasan dengan tanah yang subur sehingga didomiansi oleh berbagai jenis tanaman. Selanjutnya di daerah riparian sebagian besar flora yang tumbuh adalah jenis hutan hidrofiliki yang akan berkembang menjadi hutan riparian. 2. Jenis Fauna Kekayaan satwa di wetland sebanding dengan keberagaman jenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan tersebut. Reptil-reptil seperti biawah, buaya, ular, kura-kura, serta kodok merupakan penghuni wilayah ini. Berbagai jenis ikan merupakan penghunai wilayah perairan dan penghuni darat meliputi harimau, gajah, serta berbagai jenis mamalia dan burung. Setidaknya ada sekitar 35 spesies mamalia, 150 spesies burung dan 34 spesies ikan yang dapat ditemukan di lahan gambut. Selain itu, ada juga spesies yang dilindungi dan menjadi hewan endemik, antara lain orang utan, buaya sinyulong, beruang madu, langur dan harimau sumatera. Manfaat Lahan Basah Lahan basah dikenal sebagai area dengan kondisi tanah yang cukup subur dan memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu, pengelolaan lahan menjadi salah satu aktivitas pendukung pertanian dan perkebunan di Indonesia. Pixabay Banyak manfaat lain yang bisa diperoleh melalui pengelolaan lahan basah, antara lain Membantu pengadaan air bersih bagi lahan lain di sekelilingnya. Sebab, lahan basah berperan penting dalam menampung air hujan untuk kemudian dimanfaatkan sebagai area penyerapan air dan untuk meningkatkan cadangan air tanah guna keperluan sehari-hari. Lahan basah juga berguna sebagai daerah yang mampu memberikan sumber pangan bagi masyarakat sekitar, karena kandungan tanah yang subur. Kandungan humus yang kaya sangat cocok untuk bercocok tanam. Keberadaan lahan basah juga membantu untuk menyerap limbah yang berbahaya dan membantu proses penyaringan secara maksimal. Sehingga hasil akhir dari penyaringan alami tersebut adalah air tanah yang lebih layak untuk dikonsumsi. Lahan basah juga membantu meredam risiko bencana alam, seperti banjir maupun abrasi. Hal ini terjadi karena mekanisme lahan yang mampu mengelola dan menyerap air hujan secara maksimal. Selain itu, kawasan ini juga dapat mencegah kekeringan Kaya keanekaragaman hayati sehingga bermanfaat untuk menjaga kelestarian ekosistem yang ada di dalamnya. Lahan basah juga memiliki kemampuan menyerap karbon permukaan bumi. Pelestarian dan pemulihan lahan basah dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kemampuan makhluk hidup untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Pengelolaan dan Pemanfaatan Mengelola lahan basah membutuhkan ketekunan dan pengetahuan yang memadai. Terutama jika berencana mengubah lahan tersebut untuk kepentingan pertanian maupun perkebunan. Pixabay Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan apabila ingin mengelola lahan basah secara maksimal, yaitu Melakukan pengeringan lahan, terutama bekas tanah gambut yang dapat digunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan. Pengeringan lahan basah secara maksimal membantu menciptakan aneka ragam sawah dan perkebunan sehingga mendukung industri pakan secara maksimal. Melakukan pengelolaan air. Hal ini secara tidak langsung akan membantu sistem irigasi maupun pengairan di daerah lahan basah tersebut, sehingga daerah di sekitarnya tidak kekurangan air bersih serta dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana. Mempertahankan ekosistem alami juga merupakan unsur yang tetap perlu untuk dilakukan agar membantu menjaga keseimbangan alam. Pengembangan serta pengelolaan lahan yang baik akan menciptakan sistem pertanian yang optimal tanpa menimbulkan bencana sebagai efek negatif dari perubahan lahan basah menjadi area sawah maupun perkebunan. Lahan Basah di Dunia Setidaknya sekitar 600 juta penduduk dunia menggantungkan diri terhadap wetland. Jumlah tersebut kian meningkat seiring pertambahan populasi manusia. Berdasarkan sebaran lahan basah dunia, posisi pertama ditempati oleh Brazil dengan luas wetland sekitar 31,1 juta hektar. Sedangkan Indonesia menempati posisi kedua dengan total luasan sekitar 22,5 juta hektar. Lahan basah di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, dari Sumatera hingga Papua. Wetland terbesar di dunia berada di kawasan Benua Amerika dan Asia. Lembaga dunia juga telah merilis peta yang dapat dijadikan acuan mengenai sebaran lahan basah dunia. Peta tersebut diberi nama Global Wetlands yang diterbitkan di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional CIFOR. Pada peta kita dapat melihat luasan lahan basah dan sebarannya dengan resolusi spasial satelit yang dapat diakses melalui internet. Lahan Basah Musnah 3 Kali Lebih Cepat Sebagai salah satu ekosistem yang paling berharga dan menjadi habitat keanekaragaman hayati dunia, lahan basah mengalami ancaman degradasi yang begitu cepat. Laporan dari Convention on Wetland menyebutkan bahwa sekitar 35% lahan basah meliputi danau, rawa, sungai, lahan gambut, laguna, hutan bakau, dan batu karang menghilang sejak tahun 1970. Data pada tahun 2015 menjabarkan jika luas lahan basah tidak lebih dari 12 juta km persegi. Kondisi ini dikatakan tiga kali lipat lebih cepat daripada kerusakan yang terjadi di hutan. Ketika masyarakat dunia fokus terhadap isu pemanasan global yang berdampak terhadap hutan dan laut, ternyata nasib lahan basah tidak begitu diperhatikan. Padahal, secara langsung maupun tidak langsung, lahan basah menyediakan hampir seluruh konsumsi air tawar dan menjadi tempat hidup bagi 40% spesies dunia. Upaya Konservasi Salah satu langkah yang dilakukan oleh berbagai negara termasuk pemerintah Indonesia dalam pelestarian lahan basah, yaitu melalui Ramsar Convention. Kesepakatan ini tertuang berkat pertemuan sekelompok organisasi LSM yang menciptakan konvensi lahan basah pertama di dunia pada tahun 1971. Dalam konvensi ini banyak negara yang memutuskan untuk berkomitmen menjaga lahan basah di negara masing-masing. Salah satunya yaitu di Indonesia melalui keberadaan 7 taman nasional dan suaka margasatwa yang tersebar merata di beberapa daerah. Dengan dukungan dari UNESCO, hingga saat ini konvensi ini telah beranggotakan 38 negara. Selain itu, setiap 2 Februari juga diperingati Hari Lahan Basah Sedunia sebagai bentuk kampanye lingkungan hidup untuk menyadarkan seluruh komponen masyarakat dunia akan pentingnya fungsi dan manfaat lahan basah. Bentuk upaya konservasi yang dilakukan oleh Indonesia adalah terbitnya peraturan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkaitan lahan gambut, antara lain Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Setiap pemiliki usaha yang berada disekitar lahan gambut diwajibkan melindungi dan melakukan mitigasi kerusakan lingkungan akibat kegiatan usaha yang dilakukan. Aturan tersebut juga berlaku untuk wilayah riparian yang juga dimiliki oleh berbagai negara. Di Indonesia, peraturan perundangan berisi tentah upaya pemeliharaan dan mempertahankan sempadan sungai. Peraturan tersebut didasari pengelolaan wilayah oleh pemegah HPH untuk memelihara kawsan dengan luasan tertentu. Tujuannya adalah untuk menjaga keelstarian daerah riparian. Upaya perlindungan ini juga terdapat dalam rencana konservasi tingkat regional hingga nasiona, seperti pada Biodiversity Action Plan. Potensi & Contoh Lahan Basah di Indonesia Sebagai negara yang kaya akan berbagai macam jenis lahan, persebaran lahan di Indonesia cukup beragam. Banyak daerah yang memiliki potensi sebagai area lahan basah. Tercatat hingga saat ini, potensi lahan basah di seluruh Indonesia yang juga berfungsi sebagai wadah konservasi mencapai 1,3 juta ha. Kawasan tersebut termasuk dalam taman nasional di Jambi, Kalimantan Barat, Jakarta, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, Papua dan Kalimantan Tengah. Kelestarian hayati di area suaka margasatwa dan taman nasional juga membantu ekosistem di Indonesia tetap terjaga berkat area lahan basah yang terdapat di dalam lingkungan tersebut. Terdapat 7 kawasan yang tetapkan sebagai Situs Ramsar di Indonesia. Situs Ramsar adalah kawasanyang ditetapkan karena berfungsi sebagai lahan basah dan harus mendapat perlindungan dunia, antara lain Pulau Rambut Taman Nasional Berbak Taman Nasional Sembilang Danau Sentarum Taman Nasional Rawa Aopa Watumohae Taman Nasional WASUR Taman Nasional Tanjung Puting
Email smkn.plosoklaten@gmail.com. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Perkembangbiakan Secara Generatif bimbingan ibu Ririn Yulianti, SP. tahun pelajaran 2016/2017. Disusun Oleh : Dhimas Febriansyah NIS 2681 1322 104. Dicky Wahyu Pratama NIS 2683 1324 104. Dila Selviana NIS 2684 1325 104.
1 Persemaian Bibit Timun. Lakukan seed treatment (perlakukan benih) sebelum benih ini disemai dengan cara di rendam dalam air hangat (±50 °Celcius) atau dalam sebuah larutan fungisida berbahan aktif Propamokarb Hidroklirida (0,5 ml/liter) selama 1/2 jam,hal ini untuk dapat mencegah penyakit dini pada benih.Sumber Gambar AgrifarmingBagi Sobat Tania yang baru mulai bertani baik dengan menggarap lahan atau sekedar berkebun di halaman rumah, pasti akan mendapatkan saran baik dari internet atau dari orang yang sudah lama bertani untuk merendam benih sebelum menanamnya. Namun apa manfaat dan bagaimana proses menanam benih yang baik terkadang belum diketahui banyak orang. Pada artikel ini Sobat Tania akan diajak mengetahui tujuan dari merendam benih sebelum Merendam BenihMerendam benih sebelum menanam ternyata memiliki pengaruh yang signifikan dibandingkan benih yang tidak melalui proses perendaman. Proses perendaman akan membantu benih lebih cepat berkecambah proses awal tanaman mulai tumbuh. Tanaman yang melewati tahap perendaman akan meningkatkan kadar air pada benih, secara alamiah kadar air yang lebih tinggi ini menjadi pemicu pada benih untuk tumbuh. Singkatnya, benih yang melewati proses perendaman relatif lebih cepat tumbuh dibandingkan yang Perendaman Yang BenarSetiap benih tanaman dari jenis yang berbeda memiliki waktu perendaman yang berbeda-beda namun umumnya proses perendaman bisa berlangsung sekitar 3-24 jam tergantung apa yang ditanam. Proses perendaman benih bisa dilakukan dengan menggunakan media apapun sebagai wadah untuk airnya. Wadah seperti ember atau panci dapat digunakan sebagai media perendaman benih. Dalam beberapa me OBBOb5d.